Bisadikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok suku bangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan. Pada kelompok yang kecil biasanya tingkat
Secararelatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling tergantung secara ekonomi. Namun suatu hal yang membanggakan bahwa meskipun tingkat kemajemukannya tinggi tetapi tetap kokoh sebagai suatu kesatuan. Dengan demikian kelompok etnis yang berbeda secara bertahap dapat mengadopsi budaya dan nilai-nilai yang ada dalam kelompok
Dalamkelompok yang tingkat kemajemukannya tinggi, integrasi sosial? Cepat hilang Bergantung pada setiap individu Tidak bergantung pada setiap individu Sulit dicapai dalam waktu yang relatif singkat Mudah dicapai Jawaban: D. Sulit dicapai dalam waktu yang relatif singkat.
cash. Mahasiswa/Alumni STIE Indonesia Banking School14 Juli 2022 1010Jawabannya adalah D. Sulit dicapai dalam waktu yang relatif singkat. Yuk, simak penjelasan berikut! Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma. Salah satu faktor yang memengaruhi cepat atau lambatnya proses integrasi sosial yaitu homogenitas kelompok. Pada masyarakat yang tingkat kemajemukannya rendah, integrasi sosial akan mudah dicapai. Sebaliknya, dalam kelompok atau masyarakat majemuk, integrasi sosial akan sulit dicapai dan memakan waktu yang sangat lama. Dengan demikian, dalam kelompok yang tingkat kemajemukannya tinggi, integrasi sosial sulit dicapai dalam waktu yang relatif singkat.
- Di tengah kemajemukan dalam kehidupan bermasyarakat, integrasi sosial menjadi hal yang sangat penting. Integrasi sosial membuat kehidupan masyarakat berjalan serasi fungsinya. Pasalnya, gesekan-gesekan dan berbagai perbedaan di antara individu atau kelompok dapat disatukan dalam keserasian. Kata “integrasi” bermakna pembauran yang kemudian menjadi kesatuan. Adanya kesatuan menunjukkan berbagai jenis elemen berbeda, kemudian bersatu mengalami proses pembauran. Apabila pembauran berbagai kemajemukan ini terjadi dalam masyarakat, maka terjadilah integrasi sosial. Jika didefinisikan, menurut Michael Banton, integrasi sosial yaitu pola hubungan yang mengakui adanya pebedaan ras dalam masyarakat. Sementara itu, Soerjono Soekanto menjabarkan jika integrasi sosial adalah proses individu atau kelompok yang berusaha memenuhi kebutuhan untuk melawan musuh dengan ancaman dan kekerasan. Namun beda lagi definisi integrasi sosial dari sisi pandang Abu Ahmadi. Menurutnya, integrasi sosial yaitu integrasi yang memiliki kerja sama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari tingkat individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat, hingga menghasilkan kesepakatan yang dijunjung tinggi. Meski demikian, cara pandang terhadap integrasi sosial tidak lepas dari manusia yang memiliki sifat sosial. Artinya, manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa adanya interaksi dengan orang lain. Dia menjadi bagian dari masyarakat sebagai satu kesatuan yang saling mendukung dan tidak bisa dipisahkan. Ada dua unsur di dalam integrasi sosial yaitu pembauran atau penyesuaian, dan unsur fungsional. Kalau ditemukan bahwa kemajemukan sosial tidak bisa membaur satu sama lain, maka yang terjadi adalah disintegrasi sosial. Artinya, kemajemukan gagal membentuk masyarakat yang diidamkan. Oleh sebab itu, setiap anggota dalam masyarakat perlu menyadari pentingnya integrasi sosial. Pada akhirnya nanti, integrasi sosial berbuah kebaikan masyarakat dengan berjalannya fungsi-fungsi dalam keserasian. Semua perbedaan dapat dikompromikan untuk mencapai tujuan bersama. Proses tersebut memerlukan beberapa tahapan hingga akhirnya integrasi sosial dapat tercapai sepenuhnya. Beberapa proses yang harus dilewati adalah 1. Proses interaksi. Dalam proses ini ditandai dengan kecenderungan dan niat positif yang memiliki potensi terjadinya aktivitas bersama. 2. Proses identifikasi. Setelah terbuka peluang kerja sama, pada proses ini tiap pihak dapat menerima secara terbuka keberadaan pihak lain secara utuh. Mereka saling memahami karakater, latar belakang, dan kepentingan pihak lain. 3. Proses kerja sama. Masing-masing pihak saling menyadari bahwa di antara mereka memiliki kepentingan yang sama. Pada saat bersamaan, kepentingan tersebut harus diwujudkan dengan kerja sama. Dari proses ini, peluang integrasi mulai terbuka lebar. 4. Proses akomodasi. Pada proses ini segala masalah dan pertentangan mulai diselesaikan, namun tidak ada niat menghancurkan pihak lawan. Semua pihak bersama-sama mencapai mufakat ketika masalah datang. 5. Proses akulturasi dan asimilasi. Dalam proses ini semua pihak melakukan aksi nyata untuk mengurasi perbedaan yang ada dalam individu atau kelompok ayng berkonflik. Proses ini juga mengupayakan penyatuan persepsi kedua pihak untuk lebih menengok pada tujuan dan kepentingan bersama. 6. Proses integrasi. Jika semua proses sudah berjalan, maka proses integrasi akan berlangsung. Semua unsur dalam masyarakat yang majemuk membentuk keserasian dalam kehidupan sosial masyarakat. Faktor pendorong integrasi sosial Integrasi sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa faktor tersebut yaitu Homogenitas kelompok. Semakin majemuk atau heterogen masyarakat, maka proses integrasi sosial memakan waktu lebih lama. Sebaliknya, jika masyarakat cenderung homogen, maka lebih mudah diwujudkan. Jumlah anggota. Semakin sedikit jumlah anggota dalam masyarakat, lebih mudah dalam berintegrasi sosial. Begitu pula sebaliknya, akan lebih sulit atau lama berintegrasi sosial saat jumlah anggota masyarakat banyak. Mobilitas geografis. Ini adalah perubahan atau perpindahan penduduk di suatu wilayah. Anggota di kelompok baru harus beradaptasi dengan norma dan nilai di tempat yang baru. Efektivitas komunikasi. Jika komunikasi antaranggota efektif, maka integrasi sosial lebih mudah diwujudkan. Sikap toleransi dan saling membutuhkan. Kesadaran inilah yang membuat perbedaan di masayakat lebih mudah disatukan. Setiap anggota tidak saling egois dan saling bahu-membahu demi terciptanya integrasi sosial. Baca juga Apa Itu Mobilitas Sosial dan Bagaimana Dampaknya? Apa Perbedaan Imitasi dan Identifikasi dalam Interaksi Sosial? Apa Saja Syarat Terjadinya Interaksi Sosial, Menurut Sosiologi? - Sosial Budaya Kontributor Ilham Choirul AnwarPenulis Ilham Choirul AnwarEditor Dhita Koesno
Jakarta Etnosentrisme adalah bagian dari ilmu sosial dasar. Etnosentrisme adalah istilah yang tidak hanya terbatas pada antropologi tetapi juga dapat diterapkan pada bidang ilmu sosial lain seperti sosiologi atau psikologi. 6 Faktor Pendorong Integrasi Nasional dan Penghambatnya, Penting Diketahui Ideologi adalah Gagasan Pemikiran, Kenali Macam-Macamnya Integrasi adalah Pembauran hingga Menjadi Kesatuan, Pahami Faktor Pendorongnya Istilah etnosentrisme banyak digunakan untuk menilai sebuah cara pandang terhadap suatu kelompok. Terkadang, etnosentrisme kerap memiliki konotasi negatif di dalam masyarakat. Etnosentrisme adalah kecenderungan alamiah dari psikologi manusia. Cara pandang ini bisa dengan alami hadir dalam pemikiran seseorang di suatu kelompok. Etnosentrisme adalah konsep yang sangat terkait dengan relativisme budaya. Etnosentrisme adalah pemikiran yang mengimplikasikan identifikasi yang kuat dengan anggota dalam kelompok. Etnosentrisme adalah perilaku yang dipelajari dan tertanam dalam berbagai keyakinan serta nilai-nilai individu atau kelompok. Etnosentrisme adalah ilmu yang dapat dijelaskan pada berbagai tingkat analisis. Berikut pengertian tentang etnosentrisme, dirangkum dari berbagai sumber, Rabu25/11/2020.Pengertian etnosentrismeIlustrasi kerja sama, berkumpul Photo by Ali Yahya on UnsplashEtnosentrisme adalah praktik memandang dan menilai budaya orang lain berdasarkan nilai dan kepercayaannya sendiri. Istilah etnosentrisme berasal dari dua kata Yunani "ethnos," yang berarti bangsa, dan "kentron," yang berarti pusat. Ini artinya etnosentrisme adalah bangsa yang menjadi sebuah pusat. Etnosentrisme adalah keyakinan bahwa kelompok satu budaya atau etnis lebih unggul daripada kelompok budaya atau etnis lain. Etnosentrisme adalah perilaku menerapkan budaya atau etnis sendiri sebagai kerangka acuan untuk menilai budaya, praktik, perilaku, kepercayaan, dan orang lain. Dalam ilmu sosial, etnosentrisme adalah menilai budaya lain berdasarkan standar budaya sendiri, bukan standar budaya tertentu lainnya. Ketika orang menggunakan budaya mereka sendiri sebagai parameter untuk mengukur budaya lain, mereka sering cenderung menganggap budaya mereka lebih unggul dan melihat budaya lain sebagai inferior dan aneh. Ini membuat sikap etnosentrisme dipandang negatif. Praktik etnosentrisme dalam interaksi sosial menciptakan batas-batas sosial. Batas-batas tersebut mendefinisikan dan menggambarkan batas-batas simbolis dari kelompok yang ingin dikaitkan atau dimiliki penyebab etnosentrismeIlustrasi Support Group Credit Sejarah menjadi salah satu terbentuknya sikap etnosentrisme. Ketika seseorang memiliki kaitan erat dengan sejarah kelompoknya di masa lalu, ini akhirnya bisa berubah menjadi sebuah identitas. Ini membuat individu atau kelompok tersebut merasa memiliki kebudayaan dan sejarah tersebut. Berbagai identitas tersebut yakni berupa bahasa, kebiasaan, hingga peristiwa masa lalu yang berasal dari nenek moyang. Multikulturalisme Adanya budaya yang beragam bisa menjadi faktor munculnya etnosentrisme. Dengan kondisi lingkungan sosial yang beragam tersebut, terkadang timbul perasaan untuk membandingkan hingga terjadi konflik. Hal ini rentan terjadi saat beberapa kebudayaan saling penyebab etnosentrismeetnosentrisme sumber PixabayPolitik Ketika individu atau kelompok ingin mencapai suatu kekuasaan yang dilegitimasi, biasanya akan timbul dengan sendirinya perasaan fanatisme terhadap identitas yang melekat padanya. Hal ini lantaran politik seringkali dianggap sebagai suatu wadah yang tepat untuk melancarkan kepentingan pribadi hingga kelompok. Loyalitas yang tinggi Sebuah budaya yang kuat membuat individu dalam kelompok memiliki rasa loyalitas yang lebih dalam dan lebih cenderung mengikuti norma dan mengembangkan hubungan dengan anggota terkait. Ini bisa menimbulkan sikap etnosentrisme terhadap suatu negatif etnosentrismeIlustrasi marah dok. ElmiraMenyebabkan konflik horizontal Membanggakan budaya sendiri dan melihat rendah budaya lain dapat memicu konflik sesama warga negara. Terlebih jika paham etnosentrisme tersebut tidak hanya melekat pada seorang individu saja. Menghambat integrasi Etnosentrisme juga dapat menghambat tumbuhnya integrasi suatu budaya. Padahal, berbagai budaya tersebut dapat saling melengkapi antara satu sama lain sehingga tidak tercipta suatu konflik yang berarti. Menurunkan objektivitas ilmu Etnosentrisme juga dapat menurunkan perkembangan ilmu pengetahuan. Sebab, seorang individu tersebut akan lebih mengedepankan sisi subjektivitas dibandingkan dengan objektivitas dalam menilai positif etnosentrismeIlustrasi Budaya Masyarakat Indonesia Credit sudut pandang ini, seseorang mungkin membingkai budaya lain sebagai budaya yang aneh, eksotis, menarik, dan bahkan sebagai masalah yang harus diselesaikan. Namun jika disikapi dengan benar, ketika seseorang menyadari bahwa banyak budaya di dunia memiliki keyakinan, nilai, dan praktiknya sendiri yang telah berkembang dalam konteks sejarah, politik, sosial, material, dan ekologis tertentu dan masuk akal bahwa budaya tersebut akan berbeda dari budayanya sendiri. Ini membuat kesimpulan bahwa tidak ada yang selalu benar atau salah, baik atau buruk. Ini sebabnya, etnosentrisme termasuk dalam konsep relativisme etnosentrisme dalam masyarakatSebuah penelitian di Selandia Baru membandingkan bagaimana individu berasosiasi dengan kelompok dalam dan kelompok luar. Ini membuat etnosentrisme memiliki konotasi terhadap diskriminasi. Favoritisme dalam kelompok yang kuat menguntungkan kelompok dominan. Etnosentrisme melibatkan identifikasi yang kuat dengan kelompok dalam, sebagian besar secara otomatis mengarah pada perasaan negatif dan stereotip terhadap anggota kelompok luar. Ini dapat disalahartikan sebagai rasisme. Etnosentrisme juga memengaruhi preferensi konsumen atas barang yang mereka beli. Sebuah studi yang menggunakan beberapa orientasi in-group dan out-group telah menunjukkan korelasi antara identitas nasional, kosmopolitanisme konsumen, etnosentrisme konsumen, dan metode konsumen memilih produk mereka, baik impor maupun domestik.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
dalam kelompok yang tingkat kemajemukannya tinggi integrasi sosial